Toleransi Itu Indah
Kalau mengikuti isu-isu terhangat dewasa ini rasanya bikin sumpek.
Tapi bagaimana lagi?kalau gak ngikuti bisa-bisa ketinggalan zaman,parahnya lagi jika sampai tereliminasi oleh seleksi alam.😀
Apalagi kalau bukan masalah toleransi beragama yang tampaknya mulai di rongrong kekokohanya,oleh oknum-oknum yang bermaksud memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Masalah seperti ini,membuat saya teringat sahabat lama.
Dulu,Sekira Empat tahun lamanya saya bersahabat karib dengan non-muslim.
Saking akrabnya,seakan tidak ada batas-batasan privasi dalam persahabatan kami.
Tidur satu tikar berdua, kopi secangkir berdua,makan juga sering sepiring berdua,rokok sebatang di hisap berdua,isi dompet pun masing-masing tahu isinya,CD juga masing-masing tahu ukuranya,cuma mandi saja yang tak pernah berdua.😀
Untuk masalah keyakinan dan kegiatan beribadah,kami tak pernah turut campur.
Bagi kami,masalah keyakinan dan beribadah adalah hak privasi yang tidak boleh di campur adukkan dengan persahabatan gaya kami,karena di bolak balik seperti apapun,keyakinan kami sudah pasti bertentangan.
Ketika dia melakukan ritual ibadahnya,saya sudah pasti tidak akan mengganggunya,demikian pula sebaliknya. Kami bebas beribadah sesuai keyakinan masing-masing.
Satu hal yang paling saya ingat dari teman yang satu ini adalah ketika dia agak emosi kepada saya,sudah pasti dia panggil saya dengan sebutan wedhos sesat.
Sebaliknya juga sama,ketika saya merasa emosi kepadanya pasti saya memanggilnya dengan sebutan khas ala kepercayaan saya.
Bagi kami sudah biasa,karena itu sebatas sebutan sesuai ajaran masing-masing,kami tak pernah mempermasalahkannya.
Sayangnya,kami harus berpisah. Karena enam tahun yang lalu saya putuskan untuk resign dari tempat kerja yang lama untuk mencoba peruntungan di tempat kerja baru.
Jadi,mau tak mau kami pun harus berpisah. Lebih sayangnya lagi saya kehilangan kontaknya hingga saat ini.
Andai saja waktu bisa di putar balik,tentu saya ingin masa-masa indah bersama sahabat saya yang non-muslim tersebut bisa terulang kembali.
Hanya berandai-andai karena hal ini mustahil terjadi.
Makanya jangan mudah terprovokasi oleh bigot-bigot yang seliweran di sosial media. Agar tidak memperkeruh suasana Indonesia yang rasa-rasanya kian merapuh.
Kita kedepankan toleransi di negeri tercinta ini. Karena hanya ini yang akan menjadi sikap yang memperkokoh persatuan dan kesatuan Indonesia.
Tanpa toleransi,tentunya negeri ini akan mudah tercerai berai karena sikap intoleran atas beragam perbedaan.
Tapi bagaimana lagi?kalau gak ngikuti bisa-bisa ketinggalan zaman,parahnya lagi jika sampai tereliminasi oleh seleksi alam.😀
Apalagi kalau bukan masalah toleransi beragama yang tampaknya mulai di rongrong kekokohanya,oleh oknum-oknum yang bermaksud memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Masalah seperti ini,membuat saya teringat sahabat lama.
Dulu,Sekira Empat tahun lamanya saya bersahabat karib dengan non-muslim.
Saking akrabnya,seakan tidak ada batas-batasan privasi dalam persahabatan kami.
Tidur satu tikar berdua, kopi secangkir berdua,makan juga sering sepiring berdua,rokok sebatang di hisap berdua,isi dompet pun masing-masing tahu isinya,CD juga masing-masing tahu ukuranya,cuma mandi saja yang tak pernah berdua.😀
Untuk masalah keyakinan dan kegiatan beribadah,kami tak pernah turut campur.
Bagi kami,masalah keyakinan dan beribadah adalah hak privasi yang tidak boleh di campur adukkan dengan persahabatan gaya kami,karena di bolak balik seperti apapun,keyakinan kami sudah pasti bertentangan.
Ketika dia melakukan ritual ibadahnya,saya sudah pasti tidak akan mengganggunya,demikian pula sebaliknya. Kami bebas beribadah sesuai keyakinan masing-masing.
Satu hal yang paling saya ingat dari teman yang satu ini adalah ketika dia agak emosi kepada saya,sudah pasti dia panggil saya dengan sebutan wedhos sesat.
Sebaliknya juga sama,ketika saya merasa emosi kepadanya pasti saya memanggilnya dengan sebutan khas ala kepercayaan saya.
Bagi kami sudah biasa,karena itu sebatas sebutan sesuai ajaran masing-masing,kami tak pernah mempermasalahkannya.
Sayangnya,kami harus berpisah. Karena enam tahun yang lalu saya putuskan untuk resign dari tempat kerja yang lama untuk mencoba peruntungan di tempat kerja baru.
Jadi,mau tak mau kami pun harus berpisah. Lebih sayangnya lagi saya kehilangan kontaknya hingga saat ini.
Andai saja waktu bisa di putar balik,tentu saya ingin masa-masa indah bersama sahabat saya yang non-muslim tersebut bisa terulang kembali.
Hanya berandai-andai karena hal ini mustahil terjadi.
TOLERANSI ITU INDAH
Makanya jangan mudah terprovokasi oleh bigot-bigot yang seliweran di sosial media. Agar tidak memperkeruh suasana Indonesia yang rasa-rasanya kian merapuh.
Kita kedepankan toleransi di negeri tercinta ini. Karena hanya ini yang akan menjadi sikap yang memperkokoh persatuan dan kesatuan Indonesia.
Tanpa toleransi,tentunya negeri ini akan mudah tercerai berai karena sikap intoleran atas beragam perbedaan.
Posting Komentar untuk "Toleransi Itu Indah"
PERHATIAN ... ! Komentar dengan menyertakan link aktif akan terhapus secara otomatis.